Contoh Teks Editorial / Tajuk Rencana Tentang Tes PCR pada Semua Moda Transportasi
Teks editorial atau biasa disebut tajuk rencana adalah materi dalam pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan di kelas 12, teks editorial atau tajuk rencana adalah teks yang berada di kolom khusus dalam suatu surat kabar atau majalah yang berisi pendapat (pandangan,opini) redaksi terhadap suatu peristiwa yang yang aktual, femonenal dan kontroversial pada saat surat kabar atau majalah tersebut diterbitkan.
Berikut ini adalah contoh teks editorial / tajuk rencana tentang tes pcr
Wacana Tes PCR untuk Semua Moda Transportasi
Pandemi Covid-19 belum berakhir, meski jumlah kasus positif tidak sebanyak pada bulan Juni hingga Juli lalu. Protokol kesehatan serta vaksinasi masih terus dilaksanakan. Upaya lain juga masih gencar dilakukan, misalnya pemberlakuan jam malam, penyekatan jalan di beberapa titik, serta melakukan tes Covid-19 sebelum bepergian keluar kota dengan beberapa moda transportasi. Belakangan ini pemerintah merencanakan tes PCR di semua moda transportasi, hal ini tentu saja mendapat kontra dari masyarakat.
Alasan utama wacana tersebut ditolak tentu saja karena harganya yang cukup mahal, terutama bagi rakyat jelata. Suryadi misalnya, ia berpendapat kebijakan itu sangat memberatkan rakyat, terutama masyarakat kecil. Menurutnya, meski pemerintah telah menurunkan harga tes swab PCR menjadi kisaran Rp. 275,000 di Jawa-Bali dan RP. 300,000 di luar Jawa-Bali, harga tersebut masih cukup tinggi. “PCR untuk semua moda trasnportasi jelas memberatkan masyarakat” kutipnya pada keterangan tertulis. Suryadi pun menyoroti adanya moda transportasi seperti angkot dan KRL yang tarifnya dibawah Rp. 5000 . Ia berpandangan sangat tidak masuk akal apabila moda transportasi yang tarifnya rendah dikenai tes PCR.
Tak hanya masyarakat kecil, wacana tersebut juga ditentang oleh epidemiolog, Dicky Budiman misalnya. Ia berpendapat bahwa penggunaan tes PCR dalam konteks strategis masyarakat (public health) kurang tepat. Menurutnya, tes PCR idealnya digunakan untuk diagnosis atau mengonfirmasi kasus Covid-19. “Bukan masalah efektivitasnya, tapi secara cost effective dan kontinyuitas strategi tes bukan pilihan terbaik untuk saat ini”. Jika dipaksakan, penggunaan tes PCR pada semua moda trasnportasi justru akan menimbulkan masalah baru, Dicky mengatakan tidak semua masyarakat mampu membayar tes PCR meski harganya sudah diturunkan. Oleh karena itu, Dicky merekomendasikan penggunaan rapid test antigen karena memiliki efektivitas hingga 97 persen. “Nah tujuan seperti ini untuk strategi public health, rapid test antigen sudah bisa. Itu sudah 97 persen efektivitasnya.” Ujar Dicky.
Selain harganya yang sangat mahal, masa berlaku tes PCR juga sangat singkat. Beberapa lembaga hanya mengizinkan tes PCR berlaku selama 3x24 jam. Bahkan ada juga beberapa lembaga yang hanya mengizinkan tes PCR berlaku selama 1x24 jam. Bayangkan saja, masyarakat mengeluarkan uang 275 ribu hingga 300 ribu hanya untuk hasil tes yang berupa selembar kertas yang hanya berlaku 1x24 jam hingga 3x24 jam saja.
Wacana penggunaan tes PCR di semua moda transportasi harus dikaji ulang oleh pemerintah. Pemerintah seharusnya memberikan kebijakan yang tidak memberatkan suatu pihak, khususnya masyarakat kecil. Masih banyak cara lain untuk mencegah penularan Covid-19 selain dengan menggunakan tes PCR. Jangan sampai kebijakan tes PCR dilaksanakan tetapi peraturan dasar seperti memakai masker dan menjaga jarak menjadi lalai dan bukannya mencegah penularan malah mempercepat penularan.
Komentar
Posting Komentar